10.1.11

Bermimpi dan Membuat Alasan

The best way to make your dreams come true is to wake up. -Paul Valery
Itu status saya hari ini. Cara terbaik untuk mewujudkan impian adalah dengan bangun dari mimpimu. Sesederhana itu? Ya. Mengapa saya katakan demikian? Karena biasanya orang bermimpi selalu campur aduk. Saya mau begini, mau begitu, caranya begini dan begitu. Sampe puyeng tuh kepala dibuatnya. Semakin pening, karena kok rasanya mimpi itu semakin terbang tak teraih oleh tangan kita. Semakin kita mikiriiiin, sering semakin jauh dari bayangan. Karena pasti nanti muncul kemungkinan-kemungkinan, ancaman, dan kelemahan. Nanti kalau begini gimana, kalau begitu nanti gimana dong. Dan… di sanalah kita terus bergulat dalam pikiran kita sendiri. Kita hanya akan berhenti sampai di sana: bermimpi. Dan mimpi akan selalu menjadi mimpi.

Saya selalu menyarankan kepada teman-teman yang ingin memulai sesuatu pencapaian untuk berhenti memikirkan teori, kemungkinan, probabilitas, you name it. Silakan memiliki mimpi setinggi apa pun, tetapi kamu wajib untuk bangun dan memulai apa yang bisa dimulai. Mau mimpi alon-alon boleh juga. Tapi tetap harus ada yang dilakukan. Kita hanya perlu mencoba. Itu saja.

Banyak orang yang harus berhenti mengejar mimpinya karena bersikeras dengan alasan keterbatasan dirinya. Dia selalu membuat alasan atas ketidakmampuannya untuk mencapai apa yang ia impikan. Sebelum menikah, saya selalu bermimpi untuk pergi haji sebelum tulang dan persendian saya dihajar rematik. Saya bahkan membuat kalkulasi uang simpanan, tahun ke berapa saya bekerja saya bisa pergi haji. Setelah itu saya ingin pergi ke Istanbul, melihat dengan kepala saya sendiri dan meraba dinding Hagia Sophia dengan sensor di telapak saya. Setelah menikah dan beberapa tahun kemudian setelahnya, saya mengubur mimpi saya dalam-dalam. Untuk makan dan sekolah anak-anak saja rasanya rematik duluan haha

Ketika melihat kesuksesan orang lain, alih-alih semangat, kita malah iri. Cemburu dan membuat alasan; Tentu aja dia bisa, kan orang tuanya kaya. Pantesan dia bisa begitu, suaminya pejabat, nggak ada lah istilah kerja keras cari duit. Ya iyalah dia berhasil, anaknya cerdas sih. Pantes lah anaknya sepintar itu, orangtuanya perhatian. Teruuuus saja begitu. Saya menyebutnya; mengasihani diri sendiri dengan membuat alasan. Padahal, sesungguhnya modal utama kita untuk berhasil hanyalah kemauan dan usaha. Cuma perlu bangun dari mimpi dan bergerak. Melakukan sesuatu sambil berdoa.  Ketika kita gagal kita hanya perlu bangkit. Gagal bangkit. Begitu terus, tidak, akan ada akhirnya. Tidak masalah. Yang penting adalah bagaimana kita akan mengakhirinya. Apakah kita menyerah, atau terus berusaha. Ingat, Tuhan melihat prosesnya, bukan hasil. Dan tentu janji-Nya, siapa yang memperhatikan proses, dia akan mendapatkan hasilnya.

Jadi, PR saya hari ini adalah berhenti mencari-cari alasan. Kerjakan satu rencana yang ada dalam pikiran, hari ini juga. Hari ini saya akan menelepon Ayah saya. Eh, tapi... phone book HP saya kosooooong!!! Halaaahhhh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar