14.1.11

Potensi Diri Kita, Potensi Diri Rembrandt

"Jangan pernah merasa tidak bisa, dengannya kamu telah merendahkan Tuhan." 

Hari ini saya begitu bersemangat. Banyak pelajaran yang saya petik dengan mengobrol hanya dengan 2 orang saja. Pertama, sahabat editor saya di Qultum Media, dan sahabat marketing saya di kantor. Tentang MEMBUKA DIRI dan MEMBUKA POTENSI. 
Obrolan pertama saya melalui yahoo instant messaging alias YM. Awalnya, saya sharing dengan teman editor itu tentang peluang bisnis. Saya mengajaknya bergabung karena dia sahabat baik saya. Dan saya tahu, dia amat sangat potensial. Tipe pekerja yang tangguh. 


Topik obrolan pun berubah ke pekerjaan. Ibu-ibu editor buka dapur masing-masing, ceritanya. Saya dapat banyak informasi tentang sesuatu yang membuat saya merasa yakin bahwa salah satu kebijakan perusahaan kami ternyata kurang efektif. Akibatnya adalah lost income selama beberapa bulan. Sayang yah … sebulan aja berapa puluh juta rupiah tuh peluang yang harusnya bisa kita dapat. Itulah harga pelajaran yang harus dibayar.

Informasi dalam pelajaran ini saya dapatkan dengan cara: MENGOBROL. Ya, karena selama ini saya NGGAK NGOBROL dengan teman saya itu, makanya saya tidak tahu kalau kebijakan kami kurang tepat. Ngobrol? Terdengar kontra produktif ya? Hari gini fesbukan atau ym memang masih dianggap tidak bermanfaat bagi karyawan. Makanya banyak yang menutup akses internet untuk media sosial seperti itu. Padahal ide internet adalah meluaskan jaringan dan menghilangkan kendala tempat dan waktu untuk berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia. So brilliant, kan? Ide yang sebesar itu cuma dianggap nggak penting dan merugikan? Cuma untuk ngobrol haha hihi? Duh, kasian amat saintis yang menemukan teknologi. Bagi saya, sayang dan aneh juga kalau ada perusahaan ngumpet aja kerjanya, menganggap perusahaan sejenis adalah pesaing. Karyawan nggak boleh YM/ FB.Rugi, kata saya. Kenapa? Karena ia akan terkungkung pada opini diri sendiri. Ibarat orang lagi jalan, dia pake kacamata kuda.

Memang sebagian besar orang tidak terlalu bijak menggunakan teknologi, sehingga alih-alih produktif, pisau bermata dua itu (baca: internet), bisa melukai dirinya sendiri. Padahal andai dia mengerti bagaimana menggunakan teknologi dengan benar, waah… manfaatnya besar banget. Hemat waktu! Itulah utamanya teknologi dibuat ... Teknologilah yang membedakan negara maju dan negara enggak maju (jgn sebut negara dunia ketiga yah hihi). Jadi, hemat saya untuk mengatasi masalah kontra produktif di perusahaan, da baiknya HRD memikirkan bagaimana cara membuat karyawannya semangat menggunakan media sosial untuk kepentingan perusahaan. Nah, PR kamu tuh Boz! Hehe … (untuuung gw bukan HRD ... haha)

Obrolan kedua, saya belajar tentang POTENSI. Kesimpulan saya, kadang kita tidak pecaya diri melakukan sesuatu dan memercayakan (bukan mendelegasikan, ya) kepada orang lain untuk mengambil peluang itu, atau bahkan mencampakkan peluang yang seharusnya dapat dikerjakan oleh potensi kita. Sejak awal, ketika ada sebuah tawaran datang kepada kita, tanpa pikir panjang lagi kita sering bilang, “Aduh gw kagak bisa!” “Wah, susah ya … gw kan emak-emak, ribet ngurus anak. Ntar kalo begitu gimana.” “Ah, bukan gw banget deh.” "Ah, ntar apa kata orang kalo gw begitu." Padahal … KITA BELUM MENCOBA. Lha bagaimana kita tahu bahwa kita tidak bisa kalau kita belum mencoba ya??? Gimana tuh, Sodara-Sodarah??? Coba sesekali berpikir, ketika ditawarkan sesuatu dan kelihatannya itu bermanfaat bagi kita dan orang lain, jadikan ia sebagai tantangan bagi kita untuk mengenali bakat dan potensi yang sedang tidur di dalam diri kita. Gimana? Terdengar lebih mengasyikkan?

Tuhan telah menciptakan manusia dengan segala potensinya. Asetnya semua sama: tubuh, jiwa, pikiran, waktu 24 jam. Jadi, percaya aja kalau kita melihat orang lain bisa, kita juga seharusnya bisa. Sayangnya, sering manusia tidak mengetahui kelebihan potensinya di mana. Makanya emak-emak suka ribet mengeluarkan uang berjut-jut untuk ngikutin anaknya les piano, les balet, les jarimatika, les makan, les tidur … (halah!), hanya untuk mengetahui potensi anaknya. Karena potensi itu tersimpan rapat. Tak ada yang tahu potensi dirinya, kecuali kita mencoba. Kita hanya perlu mencoba segala sesuatu yang dihalalkan oleh-Nya untuk mengetahui apa potensi kita. Analisis peluangnya, manfaatnya, dan kesejalanannya dengan keyakinan (baca: agama) kita. Belajar dan cari tahu dari Mbah Google. Sederhana kan? Cuma modal kemauan. Jangan pernah sok ngerti deh ya tentang potensi yang sudah diberikan Tuhan. Nggak perlu pusing mikirin apa kata orang. Emang orang pada nyumbang apa ke kita? hehe. Dan ketika kita memberanikan diri untuk mencoba, kita malah akan terkaget-kaget dengan potensi diri kita yang selama ini tertidur. Coba pikir, kalau Rembrandt tidak memberanikan diri memegang kuas dan mulai mencoreti kanvas, apa Rembrandt pelukis itu akan muncul di urutan pertama di Google dan menghasilkan 600 lukisan selama hidupnya??? 
Salah satu lukisan Rembrandt yang paling terkenal: Anatomy Lsson By Dr. Nicolaes Tulp (Maurits Huis, The Hague)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar