19.1.11

Pekerja yang "Sakit Jiwa" (edisi KRL Mania)

Jika teman-teman berkesempatan berada di dekat stasiun kereta listrik Jabodetabek di pagi atau sore hari kerja, cobalah sekali-sekali mencicipi transportasi yang sudah ada sejak masa pemerintahan Hinda Belanda ini. Dijamin kamu ketagihan. Ketagihan menyumpah serapah, maksudnya. :D

Padahal transportasi favorit banyak orang di Jakarta ini bukan baru saja ada. Staats Sporwegen (SS) pertama kali memulai elektrifikasi jalur keretanya pada tahun 1923 dan melayani rute Tanjung Priuk – Meester Cornelis (Jatinegara). Elektrifikasi tahap selanjutnya dilakukan pada jalur kereta listrik rute Batavia (Jakarta Kota) – Buitenzorg (Bogor) dan mulai dioperasikan pada tahun 1930.

Untuk sebuah perusahaan yang jasanya diminati buanyaaak orang sejak tempoe doeloe, seharusnya ia sudah sangat pengalaman dan profesional. Meski sekarang PT.KAI menjadi perseroan terbatas (swastanisasi) dan sedikit lebih pofesional performanya, teteeeuuuppp aja terjadi kezaliman besar-besaran setiap peak hour saat weekday (hari kerja).

PT. KAI melayani berbagai kelas dan fasilitas. Mulai dari yang nyaman ber-AC plus tercepat (karena hanya berhenti di beberapa stasiun tertentu saja), hingga kelas kandang sapi hehe. Yang membedakan hanya harga tiketnya. Sebenarnya kereta rel listrik (krl) Jabodetabek termurah sekalipun tidak buruk-buruk amat bagi orang yang biasa backpacking. Dengan catatan: jangan sekali-sekali naik krl ekonomi di saat waktu puncak orang pergi atau pulang kerja, dengan tujuan arus commuter. Misalnya hari Senin – Sabtu pagi hari, sejak pukul 4.45 hingga pukul 9 ke atas dari Bogor. Jadi, jika kamu naik dari stasiun UI jam 7.30, kamu harus bersiap-siap. Siap-siap tiket, tentunya. Dan … siap-siap bengek sebengek-bengeknya bengek! Pokoknya bakal chaos deh. Chaos (baca: saos) sambel, kata orang yang setiap pagi dan sore naik krl di peak hour. Kenapa? Karena pedesnya bikin kebakaran jenggot, tapi besoknya naik lagi itu krl. Dasar sakit jiwa!


Saya? Saya salah satu yang sakit jiwa. Tiap pagi berangkat dari UI jam 7.15. Saya selalu naik krl jenis apa pun yang pertama kali saya temui berhenti di stasiun UI. Nunggu kosong dan nyaman mah jam 9 atau jam 10 tuh baru bisa. Kalau beruntung pas jamnya krl AC, saya bisa naik krl itu dengan tiket Rp 5.500,-. Lumayan ada gerbong wanita di depan atau di belakang rangkaian. Penuh? Pasti! Enak ber-AC? Enggak juga. Karena terlalu padat, AC nggak berasa. Tapi setidaknya badan tidak terdorong badan besar berotot yang energinya beberapa kali lipat dari tubuh saya. Kalau enggak, yah … siap-siap mejret di krl ekonomi. Ekspres? Nggak mungkin, kecuali saya mau turunnya lompat ke peron. Karena di stasiun Tebet (stasiun pemberhentian saya menuju Cipinang Muara), hanya krl ekonomi dan ekonomi AC yang berhenti. Nasib orang ekonomi banget, kan? :D

Eniwe, saya nggak nyesel juga sih naik kereta kandang sapi. Meski selalu kapok lemas dan gemeteran sehabis keluar dari pintunya setiap berangkat dan pulang kerja. Beneran, nggak bohong. Kenapa tuh? Nanti deh cerita lagi ya …. Sekarang ngedit duluuuuuu ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar