Tampilkan postingan dengan label bermimpi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bermimpi. Tampilkan semua postingan

20.2.11

Karyawan Vs. Bos

Setiap pagi hari, saya harus putar otak dan tahan kesabaran menghadapi sulung saya. Dia itu paling malesss bangun pagi, mandi, gubrak-gabruk untuk sekolah. Maunya "dipecut" dulu untuk bisa bergerak dan mengerjakan kewajibannya. Saya lalu ingat kudanya delman. Hmm ... kok sama yah? Matanya ditutup, nggak ngerti mau ke mana, tinggal nunggu dipecut, baru jalan. Itu pun kadang harus ditambah porsi pecutannya baru mau agak kencang jalannya. Mikir-mikir ... kadang karyawan juga ada kok yang seperti itu. Kalau nggak dipecut yah... tidur aja deh. Nggak ada yang membuatnya memasang tujuan; oh saya mau sampe ke sini, caranya begini. Kalau anak-anak susah bergeraknya itu jelas, karena dia nggak mengerti sekolah itu untuk apa, mau ke masa dengan sekolahnya itu. Kuda juga begitu. Boro-boro dia tahu ingin ke mana, wong liat aja dia susah. Lha nggak bisa melihat ke mana dia mau pergi, dia nggak punya fokus tujuan, ya tunggu pecutan. Yang mecut itu yang tau arah tujuan. Nah, kalau karyawan?

Duh, jangan sampe deh selagi nasib saya cuma karyawan, saya jadi karyawan tipe seperti itu. Ngabis2in ongkos ownernya. Biar kita karyawan, kudu punya mental owner. Mana ada owner yang tidak peduli dengan perusahaannya. Mana ada owner yang  cuek aja terserah karyawannya mau ke ngapain. Nggak ada, kecuali dia gila. So, biar cuma karyawan, belajarlah untuk mengetahui semua hal yang perlu diketahui. Bangun mental sebagai pemilik. Brusaha datang tepat waktu, berusaha melakukan pekerjaan seefektif dan seefisien mungin. Mudah-mudahan sih nggak lama lagi jadi karyawan hehe. Amiiin.

Alhamdulillah, bulan ini saya banyak diberikan kejutan oleh Allah SWT. Setelah dua tahun saya memulai dua lini kecil di penerbit tempat saya bekerja, setahun pertama lini pertama, Salsabila, mendapatkan penghargaan Buku fiksi Dewasa Terbaik di Islamic Book Fair (IBF), tahun kedua ini giliran satu lini lainnya, Alkautsar Kids, mendapatkan penghargaan Buku Non Fiksi Anak Terbaik IBF. Bagi penerbit besar yang sudah eksis puluhan tahun, mungkin penghargaan itu tidak ada artinya, tapi bagi saya itu adalah karunia yang luar biasa. Dengan segala keterbatasan, saya sadari tim saya di kantor sangat jauh dari sempurna. Karena itu saya tidak pernah terlalu ngotot mengejar target, meski ... ya ... saya lebih suka target yang lebih tinggi. Karena kalau pun tidak tercapai, paling tidak masih lebih tinggi di atas rata-rata.

Satu hal, saya selalu percaya bahwa apa yang ingin kita capai, harus kudu wajib terbawa-bawa dalam mimpi, dan harus dituliskan, plus diiucapkan. Tentang pencapaian tim saya di IBF, saya masih sangat ingat ucapan saya tahun lalu di ruang meeting bersama tim manajemen; "Saya menginginkan tahun depan kita mendapat penghargaan di IBF lagi, setidaknya satu." Allahu a'lam, apakah itu ada kaitannya, tapi saya percaya pada kekuatan kata-kata. Entah, mungkin saat itu saya terdengar terlalu muluk. Mungkin juga waktu itu ada yang mikir saya lagi ngigo. Tapi, saya tahu apa yang saya inginkan. Saya memang hanyalah seorang editor, tapi SAYA TAHU YANG SAYA MAU. Dan saya berusaha untuk mensinergikan semuanya untuk mencapai tujuan. FOKUS. Dan saya tidak perlu harus punya orang lain untuk tahu mau ke mana saya akan melangkah, untuk mendapatkan apa. Tapi saya sangat perlu orang lain untuk mencari cara bagaimana saya bisa sampai di sana.

Tidak pernah mudah. Tidak pernah enak. Aduuh, pegel badan aye tiap pagi dan sore. Itulah harga yang harus dibawa saat kamu ingin membangun mimpi-mimpimu. Tak ada yang mudah dan singkat. Perlu kesabaran, ketekunan, dan kerja keras. Jika kamu lelah, kamu boleh berhenti sejenak untuk atur napas, minum, dan menambah energi. Tapi bukan untuk berhenti selamanya. Karena itulah yang dilakukan orang-orang yang gagal. Percayalah pada kerja kerasmu, percayalah pada WAKTU. Percaya. Yakin. Kamu hanya perlu bersabar dan terus melakukannya.

When you believe ... somehow you will. You WILL when you BELIEVE

So, temukan fokus tujuan. Lafalkan. Tuliskan. Follow up, alias DIKERJAKAN setahap demi setahap. Review. Begitu terus.


Salam!

10.1.11

Bermimpi dan Membuat Alasan

The best way to make your dreams come true is to wake up. -Paul Valery
Itu status saya hari ini. Cara terbaik untuk mewujudkan impian adalah dengan bangun dari mimpimu. Sesederhana itu? Ya. Mengapa saya katakan demikian? Karena biasanya orang bermimpi selalu campur aduk. Saya mau begini, mau begitu, caranya begini dan begitu. Sampe puyeng tuh kepala dibuatnya. Semakin pening, karena kok rasanya mimpi itu semakin terbang tak teraih oleh tangan kita. Semakin kita mikiriiiin, sering semakin jauh dari bayangan. Karena pasti nanti muncul kemungkinan-kemungkinan, ancaman, dan kelemahan. Nanti kalau begini gimana, kalau begitu nanti gimana dong. Dan… di sanalah kita terus bergulat dalam pikiran kita sendiri. Kita hanya akan berhenti sampai di sana: bermimpi. Dan mimpi akan selalu menjadi mimpi.

Saya selalu menyarankan kepada teman-teman yang ingin memulai sesuatu pencapaian untuk berhenti memikirkan teori, kemungkinan, probabilitas, you name it. Silakan memiliki mimpi setinggi apa pun, tetapi kamu wajib untuk bangun dan memulai apa yang bisa dimulai. Mau mimpi alon-alon boleh juga. Tapi tetap harus ada yang dilakukan. Kita hanya perlu mencoba. Itu saja.

Banyak orang yang harus berhenti mengejar mimpinya karena bersikeras dengan alasan keterbatasan dirinya. Dia selalu membuat alasan atas ketidakmampuannya untuk mencapai apa yang ia impikan. Sebelum menikah, saya selalu bermimpi untuk pergi haji sebelum tulang dan persendian saya dihajar rematik. Saya bahkan membuat kalkulasi uang simpanan, tahun ke berapa saya bekerja saya bisa pergi haji. Setelah itu saya ingin pergi ke Istanbul, melihat dengan kepala saya sendiri dan meraba dinding Hagia Sophia dengan sensor di telapak saya. Setelah menikah dan beberapa tahun kemudian setelahnya, saya mengubur mimpi saya dalam-dalam. Untuk makan dan sekolah anak-anak saja rasanya rematik duluan haha

Ketika melihat kesuksesan orang lain, alih-alih semangat, kita malah iri. Cemburu dan membuat alasan; Tentu aja dia bisa, kan orang tuanya kaya. Pantesan dia bisa begitu, suaminya pejabat, nggak ada lah istilah kerja keras cari duit. Ya iyalah dia berhasil, anaknya cerdas sih. Pantes lah anaknya sepintar itu, orangtuanya perhatian. Teruuuus saja begitu. Saya menyebutnya; mengasihani diri sendiri dengan membuat alasan. Padahal, sesungguhnya modal utama kita untuk berhasil hanyalah kemauan dan usaha. Cuma perlu bangun dari mimpi dan bergerak. Melakukan sesuatu sambil berdoa.  Ketika kita gagal kita hanya perlu bangkit. Gagal bangkit. Begitu terus, tidak, akan ada akhirnya. Tidak masalah. Yang penting adalah bagaimana kita akan mengakhirinya. Apakah kita menyerah, atau terus berusaha. Ingat, Tuhan melihat prosesnya, bukan hasil. Dan tentu janji-Nya, siapa yang memperhatikan proses, dia akan mendapatkan hasilnya.

Jadi, PR saya hari ini adalah berhenti mencari-cari alasan. Kerjakan satu rencana yang ada dalam pikiran, hari ini juga. Hari ini saya akan menelepon Ayah saya. Eh, tapi... phone book HP saya kosooooong!!! Halaaahhhh!